Bagi orang biasa seperti saya bisa jalan-jalan keluar negeri tentunya merupakan suatu hal yang istimewa. Apalagi sebagai pencinta olahraga panjat tebing, bisa memanjat di luar negeri juga suatu hal yang sangat luar biasa. Ini kisah perjalananku mengunjungi salah satu surga bagi pemanjat tebing yang berada di negara Thailand, yaitu Pantai Tonsai dan Railay, Krabi.
Bersama 2 orang
teman, Pita dan Eka yang juga pemanjat tebing, kami
berencana mengunjungi Krabi Thailand pada akhir Januari 2019. Mengambil
penerbangan pertama pukul 8.30 WIB dari Padang - Kuala Lumpur menggunakan
Maskapai Low Fare Airasia, kebetulan juga lagi promo, hehe... Masih dengan Airasia
tentunya, sore pukul 17.05 (waktu KUL) pada hari yang sama kami juga mengambil
penerbangan dari KUL - Krabi. Jadi kami stay beberapa jam di KLIA2 sambil
menunggu keberangkatan menuju krabi.
Ujung penantian
akhirnya kami sudah dipesawat tujuan Krabi, kami begitu excited. Menempuh
waktu ± 1 jam 20 menit dari Kuala Lumpur, pukul 17.25 kami sudah mendarat di
Krabi International Airport. Oh ya, waktu di Thailand sama dengan WIB, jadi gak
perlu bingung deh liat jam tangan karna waktunya sama. Kami berjalan menuju
pemeriksaan Imigrasi untuk cap passport dan menyerahkan Travel Card yang sudah diisi saat di pesawat, petugas imigrasi akan
menyerahkan potongan travel card pada
kita, dan potongan ini jangan sampai hilang, karna saat kita keluar Thailand,
potongan travel card ini akan diminta
kembali oleh petugas imigrasi, agar gampang diingat sebaiknya biarkan tetap tersimpan di dalam passport.
Setelah cap passport dan melewati proses imigrasi yang tergolong lancar, sebelum pintu keluar bandara, saya membeli Simcard Thailand seharga 100* bath, minta petugas counter untuk langsung mengaktifkannya, tak perlu khawatir soal bahasa, orang-orang disini masih banyak yang pandai bahasa melayu. Bersebelahan dengan counter Simcard, ada loket bis bandara. Kami membeli tiket menuju pantai Ao Nang seharga 150 bath per orang. Pantai Ao Nang adalah lokasi terdekat untuk menuju Tonsai dan Railay. Keluar dari pintu bandara, dan bisnya berada di sebelah kiri, bilang saja tujuan kita pada kondekturnya, sebelum naik bis mereka akan bertanya kemana tujuan kita, jika kita sudah booking hotel sebelumnya maka bis akan berhenti di hotel tempat kita menginap, asik sekali bukan ?! Tanpa menunggu lama bisnya sudah melaju, ditengah perjalanan bis berhenti, penumpang yang memegang tiket warna merah akan turun dan pindah ke minivan karna tujuan yang berbeda, dan pindah ke minivan ini tidak dikenakan tambahan biaya, ini adalah bagian dari layanan. Dan bagi kami penumpang dengan tiket warna kuning, tetap duduk di bis untuk melanjutkan perjalanan.
Patung ikan tempat kami turun dari bis |
Lebih kurang
satu jam, bis sudah sampai di Ao Nang, karna kami belum booking hotel, jadi
kami turun di dekat Pantai Ao Nang Saja. Hari sudah gelap saat kami sampai di
Ao Nang, kami memutuskan untuk mencari makan terlebih dahulu sekalian
melihat-lihat tempat untuk menginap, maklum belum makan dari siang. Kami
berhenti di salah satu restaurant berlabel halal, saya memesan nasi goreng ayam seharga 80* bath. Sambil makan, kami coba mencari penginapan melalui situs
booking.com yang bisa bayar di tempat, dapat penginapan sekitar 1 km dari
lokasi restaurant tempat kami makan, Moment Hostel namanya, kami pilih
dormitory mix seharga 252 bath per orang/malam. Kami memutuskan untuk menginap
di Ao Nang dulu malam ini. Sebenarnya kami bisa saja menyeberang ke Tonsai,
tapi dari info yang aku baca, jika malam hari kita harus menunggu cukup lama
untuk boat terisi penuh atau jika kuota penumpang boat tidak mencukupi, maka
kita harus bayar lebih. Selesai makan, kami berjalan menuju Hostel menggunakan
petunjuk google map. Ramai sekali orang berlalu-lalang di jalanan Ao Nang ini,
didominasi oleh turis mancanegara, disepanjang jalan juga banyak terdapat bar,
toko baju dan bikini juga toko souvenir khas Thailand.
Setelah
berjalan beberapa lama akhirnya kami sampai di Moment Hostel, dan ternyata
persis di hadapan Hostel tersebut terdapat food center yang menjual
berbagai menu dengan harga yang lebih murah dari makanan yang kami pesan
tadi,hhh..tak apalah, yang penting perut sudah kenyang. Setelah
melakukan reservasi di resepsionis, mereka mengantar kami ke kamar, ada 4 tempat
tidur bertingkat di ruangan tersebut, artinya untuk isi 8 orang, kita memilih
tempat yang masih kosong. Ada loker di ruangan tersebut untuk menyimpan
barang-barang tetapi kita harus membawa kunci sendiri. Saat kami masuk, ada
seorang tamu di ruangan tersebut, kami berkenalan singkat, seorang laki-laki
warga negara Amerika - Israel, Yuval namanya dan beruntungnya dia juga seorang pemanjat
tebing. Kami bercerita bahwa kami akan menuju Tonsai besok paginya, ternyata
dia juga akan menuju kesana. Kita hanya mengatakan semoga besok kita bertemu di
Tonsai. Hari ini berakhir indah untuk istirahat dengan tenang.
Bangun tidur ku
terus mandi, tidak lupa menggosok gigi, eh.. malah nyanyi. Pagi sekitar
jam 7.00, kami sudah selesai bereskan barang-barang untuk siap-siap
berangkat menuju Tonsai, rencananya kami sarapan di Tonsai saja. Setelah
check out dari Hostel, kami berjalan menuju pantai Ao Nang lagi untuk naik
boat menuju Tonsai. Dalam perjalanan ke pantai Ao Nang kami membeli beberapa
buah-buahan untuk mengganjal perut, kalau-kalau nanti lama dapat sarapan di
Tonsai. Sampai di loket penjualan tiket boat, cukup ramai disana. Aku memesan
3 tiket menuju Tonsai, harga 100 bath per orang. Boatnya berada di pantai seberang
jalan loket penjualan tiket, menunggu sekitar 5 menit lalu kita disuruh
naik ke boat. Boat disini berjenis long
tail boat atau boat berekor panjang dengan suara mesin yang cukup memekakkan telinga. Hanya dalam 15 menit saja kami sudah berlabuh di Tonsai.
Saat pertama
menginjakkan kaki di Tonsai, kami disambut oleh pemandangan yang menakjubkan,
dinding-dinding batu di sepanjang garis pantai. Sambil berjalan menyusuri
pantai untuk cari info penginapan. How lucky us, kami berjumpa dengan beberapa teman pemanjat dari Bandung di depan Freedom Bar, kami bertanya dimana mereka menginap, salah satu dari mereka mengantar
kami ke penginapan, berjalan kaki menjauhi pantai sekitar 10 menit. Sampailah di penginapan mereka, Country Side Hostel namanya, beruntung masih ada kamar kosong, setelah tawar
menawar akhirnya mentok di harga 200
bath per malam untuk kami bertiga, cukup murah bukan. Kami booking untuk 3 malam.
Penginapan ini
sejenis bungalow, sebuah gubuk kayu dengan dinding anyaman bambu, satu tempat tidur ukuran besar, kamar mandi ada di dalam, sebelum pintu masuk
ada semacam teras untuk bersantai, gubuk yang sangat sederhana sekali.
Tak masalah, bukankah kami hanya butuh tempat untuk istirahat. Setelah menata
barang-barang kami membeli sarapan di depan Bungalow, Warung Mama’s
Kitchen. Menunya banyak, dan harganya lebih murah dibandingkan di Ao Nang, dan
rasanya juga lezat. Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan.
Sehabis
sarapan, kami kembali ke bungalow, hari ini kami berencana cek jalur pemanjatan,
syukur-syukur bisa dipanjat, sambil nenteng alat-alat, kami kembali ke
arah pantai dan berjumpa lagi dengan teman-teman dari Bandung yang tengah
melakukan pemanjatan di Jalur dengan grade sulit, mereka terlatih. Kami bertanya
tentang lokasi jalur-jalur mudah yang memungkinkan untuk kami panjat hari ini,
mereka mengarahkan kami menuju perbukitan, yang mana perbukitan ini ada
jalan setapak menuju Pantai Railay. Ramai sekali orang yang memanjat tebing
disini, lagi-lagi di dominasi oleh turis mancanegara, apalagi di jalur-jalur
yang terbilang mudah, kita harus antri untuk mendapat giliran memanjat. Kami
tidak punya Climbing guide book atau topo, jadilah harus banyak bertanya. Kami
memutuskan memanjat di salah satu jalur, terlihat mudah di pandang, faktanya,
hehe... Setelah susah payah berjuang, itupun saya dan Eka sudah bergantian, hanya
terpasang 4 runner saja dari 8 bolt yang dia punya, kami meminjam guide book
milik pemanjat disebelah jalur kami, ternyata grade jalur yang kami panjat
adalah 7a. Hahaha... diluar espektasi. Tadinya mau manjat jalur 5a.
Jalur 7a yang kami panjat gaya-gaya an.. |
Kita gak mau
habis tenaga disini, kami kembali dan mencari jalur yang lebih
mudah. Kami menuju tebing yang dikenal dengan nama Fire Wall. Untuk menuju
kesini jalannya sedikit nanjak, dan agak curam. Tapi disini ramai juga. Memang
banyak jalur mudah disini, saat kami sampai, jalur-jalurnya masih ada yang memanjat,
sambil menunggu, kami berjalan-jalan sekitar kaki tebing sambil foto-foto. Dari
atas sini, terlihat pemandangan Pantai Tonsai dan Railay serta ke laut lepas yang menakjubkan.
Kami sudah mendapat giliran di salah satu jalur, saya mencoba leading di jalur tersebut, jalur ini cukup mudah sebenarnya, tapi entah rasa takut yang berlebihan atau karna power sudah terkuras di jalur 7a tadi (alasan), akhirnya gagal juga.haha. Jauh-jauh ke Thailand manjatnya cuma kaya gini, hadeuuh.. sedih. Tapi saya gak boleh nyerah, masih ada 3 hari lagi disini. Setelah bergantian memanjat, kami memutuskan untuk kembali ke bungalow,karna sudah agak sore, istirahat dulu saja hari ini, mungkin kita lelah..hihi.
Ketika sampai di pantai kembali akan menuju bungalow, kami bertemu dengan Yuval, room mate kami saat di Ao Nang tadi malam. Aku bercerita tentang pemanjatan kami hari ini, saat tengah mengobrol datang seorang wanita menyapa kami, dia baru saja sampai di Tonsai, dia menanyakan tentang penginapan, kami berkenalan. Namanya Lena dari Rusia, dia juga seorang pemanjat tebing. Lena sempat bertukar kontak dengan Yuval, karna kami akan kembali ke bungalow juga, jadi kami ajak Lena ke tempat kami, ternyata masih ada pondok yang kosong untuknya, dia booking untuk seminggu.
Sore harinya saya dan Lena pergi ke pantai untuk menikmati sunset. Sekembalinya dari pantai, setelah mandi dan bersih2, kami janjian makan malam di warung Mama's Kitchen, kami memesan 1 porsi Mango Sticky Rice dan Juice Mangga Lassi, satu piring kami share berdua, kata Lena biar irit, haha. Enak sekali makanan disini. Selesai makan malam kami duduk di bar, kebetulan bungalow kami ada barnya, Monkey's Bar namanya, dilihat dari namanya mungkin bar ini diprioritaskan untuk para pemanjat..hehe. Pemilik bar sekaligus pemilik bungalow ini orangnya baik, malam ini dia mentraktir kami makan bersama, dia juga memberi kami beberapa minuman ringan, kami bisa menyetel musik kesukaan kami disini. Kami juga mengundang Yuval untuk bergabung, padahal penginapannya cukup jauh dari tempat kami, tapi ternyata dia bersedia datang. Kami mengobrol banyak satu sama lain, ditambah ada satu kenalan lagi seorang laki-laki dari Rusia juga, masih muda, Ivan namanya, dia traveling dengan membawa tenda, dan malam ini dia menumpang nginap di bar ini, dia bukan pemanjat tebing. Kami semua janjian untuk manjat bareng esok paginya, Ivan pun ingin ikut. Malam ini berakhir meriah.
*Nilai tukar mata uang Thailand Bath terhadap Rupiah saat itu 1 bath = 450 rupiah
Bersambung di TRIP PANJAT TEBING KE KRABI THAILAND PART II
Tidak ada komentar:
Silahkan Menanggapi