Kami menginap di DEE Hostel Hatyai seharga 220 bath per orang, dormitory. Saya dan Pita di female dorm, dan Eka di male dorm. ada 4 ranjang bertingkat, saat kami masuk, hanya ada seorang tamu disana. Seorang perempuan dari Kuala Lumpur, kami berkenalan, Elya namanya. Dia datang ke Hatyai bersama seorang temannya bernama Kairy, memang bermaksud untuk jalan-jalan saja. Dia pun mengajak kami untuk bersama-sama keliling Hatyai besok paginya, kebetulan mereka juga akan kembali ke Kuala Lumpur besok. Setelah dipikir-pikir, kenapa tidak, kami sudah di Hatyai, kapan lagi bisa kesini, kami pun menerima ajakannya.
Pagi-pagi sekitar jam 7.00 kami sudah check out dari hostel, kami bertiga membeli tiket ke Kuala Lumpur terlebih dahulu, harga tiketnya 550 bath. Kami ambil keberangkatan terakhir pada jam 7.00 malam, bus yang kami gunakan adalah Intertop Express, bus yang sama dengan Elya. Kantornya hanya berjarak beberapa ruko saja dari hostel kami. Barang-barang kami titipkan di loket bus, dan hari ini kami akan ikut Elya berkeliling Hatyai. Karna tujuan Elya memang untuk berwisata, jadi kami hanya mengekor saja, semua tempat tujuan dan transportasi yang digunakan, dia yang atur, kami hanya berpesan bahwa budget kami sudah minim, jadi kami minta dia untuk memilih yang paling irit diatara yang irit, hahaha..
Sehabis sarapan, kami menuju Clock Tower dengan menggunakan grab lagi. Clock tower adalah Historical landmark di Hatyai. Disini kami naik minivan tujuan Samila Beach, ongkosnya 35 bath per orang. Samila beach adalah sebuah pantai di kawasan Mueang Songkhla, Kota Pesisir di Thailand bagian selatan. Pantai Samila ini terkenal dengan legenda Putri Duyungnya, di pantai ini juga dibangun sebuah patung Mermaid yang tengah duduk di atas batu, patung inilah yang menjadi Ikon Samila beach. Pengunjung disini ramai didominasi oleh wisatawan dari Malaysia, mungkin karna dekat dengan perbatasan. Di sekitar pantai ini juga banyak toko-toko baju dan souvenir khas Thailand dengan harga yang cukup murah, lebih murah dibandingkan di Krabi. Jika tak punya uang bath, mereka juga menerima bayaran dengan uang Ringgit Malaysia.
Pukul 18.00 kami sudah berada di loket bus lagi, masih ada satu jam lagi sebelum bus berangkat, sebenarnya pusat perbelanjaan di Kota Hatyai tak jauh dari loket bus ini, tapi kami sudah cukup lelah, akhirnya santai saja di loket ini. Tempatnya cukup luas, ada fasilitas wifi dan tempat untuk cas hp juga, nyaman buat kami yang fakir kuota, hehe..
Pukul 18.50 bus sudah datang, penumpang langsung disuruh naik, tepat waktu sekali busnya. Tepat pukul 19.00 bus sudah melaju. Bus ini nyaman sekali, ada tempat untuk selonjoran kaki, sandaran bisa diturunkan dan dikasih selimut, formasi kursinya 1-2, saya duduk di kursi paling depan sebelah kiri dan 2 orang teman saya di barisan kanan.
Satu setengah jam kemudian, pukul 20.30, bus sampai di, Imigrasi Sadao, wilayah perbatasan Thailand dengan Malaysia, semua penumpang turun untuk cap passport, petugas mengambil kembali potongan travel card yang di isi saat kita masuk Thailand. Keluar dari imigrasi, bus sudah menunggu, penting bagi kita untuk memperhatikan bus yang kita naiki sebelumnya, atau perhatikan penumpang lain yang satu bus dengan kita, jangan sampai naik bus yang salah, karna bisa saja ada beberapa bus disana.
Setelah semua penumpang naik, bus melaju kembali, saat ini kita berada di zona netral, wilayah tak bertuan. Kita sudah keluar dari Thailand tapi belum masuk Malaysia, 5 menit berjalan akhirnya sampai di Imigrasi Malaysia di Bukit Kayu Hitam. Penumpang disuruh turun beserta seluruh barang bawaan, disini barang bawaan kita melewati pemeriksaan X-ray. Setelah cap passport dan keluar imigrasi, saya melihat petugas juga memeriksa bus yang kami tumpangi. Jika kita atau barang bawaan bermasalah di imigrasi, bus tidak akan menunggu lama, kita akan ditinggal. Setelah semua penumpang sudah naik, sekali lagi jangan sampai naik ke bus yang salah.
Bus kembali melaju, ada semacam perasaan nyaman setelah melewati proses imigrasi, artinya kita sudah berada di wilayah Malaysia. Sekitar 20 menit berjalan, masih di wilayah Bukit Kayu Hitam, bus berhenti di sebuah rumah makan, banyak penumpang yang turun, tapi kami memilih tetap di bus saja karna kami sudah makan, beberapa bekal makanan pun kami bawa. Kurang lebih 15 menit berada disini. Dari perbatasan Thailand - Malaysia, bus akan melewati beberapa kota, driver akan memberi tahu di setiap perhentian, jika akan turun di salah satu kota, sebaiknya pertajam saja pendengaran, jangan sampai tertidur pulas. Karna kami akan turun di perhentian terakhir bus yaitu TBS (Terminal Bersepadu Selatan) maka dapat tidur dengan lebih tenang.
Perjalanan dari Hatyai menuju Kuala Lumpur memakan waktu sekitar 10 jam. Pukul 5.00 pagi kami tiba di perhentian bus TBS. Masih dalam keadaan mengantuk dan terombang ambing, langkah gontai, 10 jam diatas bus bukan waktu yang sebentar. Naik ke lantai II terminal, kami menuju stasiun KTM Komuter, tujuan selanjutnya adalah KL Sentral, saat ingin membeli tiket di counternya, ternyata harganya sudah naik RM10 per orang, 2 bulan yang lalu masih RM3 per orang, dan sejak 1 Januari 2019 tiketnya juga tidak berbentuk token lagi, tapi sudah berbentuk kartu. Saya pun mengurungkan niat untuk membeli, entah karna tau harga sebelumnya cukup murah atau karna budget sudah minim, RM10 terasa sangat mahal. Kami memutuskan untuk istirahat dulu didepan mushola sambil berdiskusi untuk menggunakan alternatif lain, saya mencuci muka dan menyikat gigi disana, merasa sedikit fresh.
Kurang lebih setengah jam kami beristirahat, saya mengusulkan ke teman-teman untuk menggunakan KLIA Transit, beberapa bulan lalu harganya masih RM6, harap-harap sekarang tidak naik juga. Kami berjalan menuju counter Stasiun KLIA Transit, Alhamdulillah ternyata masih RM6 tujuan KL Sentral. Setelah mendapatkan tiket, kami menuju platform untuk menunggu Kereta. KLIA Transit ini adalah Kereta Express tujuan Bandara, tapi dia akan berhenti / transit di KL Sentral. Kereta ini melaju dengan kecepatan tinggi. Sekitar 20 menit kami tiba di KL Sentral. KL Sentral adalah pusat segala moda transportasi di Kuala Lumpur. Dari sini, kami akan menuju Stasiun Batu Cave menggunakan KTM Komuter, harganya RM4 per orang. Ikuti saja petunjuk di platform dan pastikan screen informasi bertulis Batu Cave, jangan sampai salah naik kereta.
Setelah cukup lama menunggu kereta tujuan Batu Cave, akhirnya datang juga. Kami naik ke kereta bersama penumpang lain yang tujuan sama ataupun se arah, penumpangnya di dominasi oleh warga keturunan India. Stasiun Batu Cave adalah stasiun paling ujung, sebelumnya ada beberapa stasiun yang akan dilewati. Kurang lebih satu jam kereta tiba di stasiun Batu Cave, keluar dari stasiun kita akan disambut oleh patung Hanoman Raksasa dan kuil Hindu. Kebetulan, pada saat kami kesini adalah hari terakhir perayaan Thaipusam, jadi ramai sekali disini. Dari pintu keluar Stasiun ini kami terus berjalan lurus, banyak pedagang makanan di kiri kanan jalan, akhirnya sampai di depan patung emas raksasa, Patung Dewa Murugan. Di sebelah kiri patung ada ratusan anak tangga menuju kuil, ada 172 anak tangga kabarnya. Karna sudah pernah kesini sebelumnya jadi saya tidak berlama-lama disini, saya dan Eka akan pergi ke Gua Damai untuk memanjat tebing. Sementara Pita tetap disini untuk berwisata.
Kami berjalan keluar menuju jalan raya, dengan menggunakan grab kami menuju Gua Damai yang lokasinya tak begitu jauh dari sini, masih di bukit yang sama. Sampai di Gua Damai, ada beberapa orang yang memanjat disana, biasanya weekend seperti ini ramai sekali disana, mungkin karna masih terlalu pagi. Kami memilih jalur yang gampang-gampang saja, badan sudah lelah.
Setelah seharian kami disini, tentunya lebih banyak nongkrong daripada memanjat, sore nya kami menuju hostel di kawasan pasar seni yang sudah di booking oleh Pita sebelumnya. Kami kesini di antar oleh teman-teman pemanjat dari Kuala Lumpur dengan mobilnya. Ini malam terakhir kami berada di Kuala Lumpur. Besok pagi kami akan pulang ke Padang.
Pukul 6.00 pagi kami check out dari hostel dan memesan grab untuk ke KLIA2, penerbangan kami pukul 11.00. Sengaja lebih pagi karna kami tidak ingin terjebak macet. Perjalanan dari pasar seni ke bandara memakan waktu sekitar 1 jam. Hal berkesan saat kami sampai di bandara dan akan membayar grab seharga RM75. Kami sudah tidak punya uang ringgit lagi, saya coba tanya di money changer di bandara untuk menukar rupiah dan nilai tukar rupiahnya sangat rendah, akhirnya saya meminta driver grab untuk menerima uang rupiah, dia terlihat ragu awalnya, tapi saya meyakinkan bahwa uang ini dapat ditukar tetapi jangan di bandara, saya membayar 280K rupiah.
Sebelum masuk ke Lobbi ruang tunggu, kami membeli beberapa biskuit untuk mengganjal perut karna belum sempat sarapan, uang ringgit kami tidak lebih dari RM15 saja. Ruang tunggu kami di Lobbi P, artinya cukup jauh kami akan berjalan, tidak apalah, waktu masih lama. Masih jam 8.00 pagi, ada 3 jam lagi sebelum keberangkatan, semoga tidak delay pula. Saya memilih tidur di depan ruang tunggu, kebetulan lantai disana ada karpetnya, lelah dan mengantuk sekali rasanya. Pukul 10.30 ruang tunggu sudah dibuka dan kami pun naik ke pesawat. 1 jam kemudian sudah mendarat di BIM, Padang. Setelah keluar dari bandara, kami langsung menyerbu Rumah Makan Padang, lapar sekali, dan kami pun makan seperti orang kesetanan.haha..
Itulah kisah perjalanan saya mengunjungi Thailand dan Malaysia kali ini, Terimakasih sudah membaca dan berkunjung ke blog saya, banyak lagi cerita perjalanan yang mungkin belum saya tuangkan di artikel, semoga cerita saya tidak membosankan. Saya mengharapkan komentar, kritik, saran kalian dan pertanyaan apapun mengenai perjalanan ini. Jika berkenan dengan cerita saya, silahkan baca juga artikel lainnya.
Akhir kata, Sampai Jumpa di Perjalanan Selanjutnya. !!
Chabura Dimsum Hatyai
Setelah mendapatkan tiket bus, Elya memesan grab, dia mengajak kami untuk sarapan di Chabura Dimsum, Restoran Korea. Masing-masing porsi makanan seharga 20 bath, kami memilih jenis makanan secara random untuk kami share beramai-ramai. Masing-masing kami kena sekitar 60 bath.Clock Tower Hatyai |
Samila Beach, Songkhla
Puas berkeliling pantai, mengambil foto juga berbelanja, kami melanjutkan perjalanan menuju Khlong Hae Floating Market, kami menyewa tuk-tuk seharga 400 bath untuk 5 orang. Cukup jauh untuk kesini, lebih kurang 1 jam. Floating market ini beroperasi setiap hari mulai pukul 15.00 sore. Saat kami tiba disana, beberapa penjual masih akan menggelar dagangannya, tapi banyak juga yang sudah ready. Seperti namanya, Floating market yang berada di sungai Khlong Hae ini merupakan pasar terapung yang menjual jajanan pasar, penjual hanya berada diatas perahu. Pedagang disini umumnya masyarakat muslim Hatyai, jadi hampir semua makanan yang dijual disini halal. Pengunjung yang datang juga didominasi oleh wisatawan asal Malaysia. Selain itu, makanan disini juga tergolong murah, mulai dari harga 10 bath, atau sekitar 5000 rupiah saja. Kami membeli berbagai makanan dan minuman, disini juga disediakan tempat duduk untuk pengunjung menikmati makanannya.
Khlong Hae Floating Market, Hatyai
Puas belanja makanan, dengan menggunakan grab, kami lanjut mengunjungi Kuil Wat Hat Yai Nai, atau yang lebih dikenal dengan Sleeping Buddha. Di kuil ini terdapat patung Buddha tidur berukuran raksasa, kabarnya ini adalah patung Buddha tidur terbesar ketiga di dunia, wow juga yah. Agak sepi disini, tidak banyak pengunjung, mungkin ramai saat ada ritual keagamaan saja atau musim liburan. Tak lama kami disini, sekitar 10 menit saja untuk sekedar mengabadikan moment, kami meminta driver grab untuk menunggu sebentar sebelum akhirnya kembali ke loket bus di Kota Hatyai.Wat Hat Yai Nai / Sleeping Buddha |
Pukul 18.50 bus sudah datang, penumpang langsung disuruh naik, tepat waktu sekali busnya. Tepat pukul 19.00 bus sudah melaju. Bus ini nyaman sekali, ada tempat untuk selonjoran kaki, sandaran bisa diturunkan dan dikasih selimut, formasi kursinya 1-2, saya duduk di kursi paling depan sebelah kiri dan 2 orang teman saya di barisan kanan.
Satu setengah jam kemudian, pukul 20.30, bus sampai di, Imigrasi Sadao, wilayah perbatasan Thailand dengan Malaysia, semua penumpang turun untuk cap passport, petugas mengambil kembali potongan travel card yang di isi saat kita masuk Thailand. Keluar dari imigrasi, bus sudah menunggu, penting bagi kita untuk memperhatikan bus yang kita naiki sebelumnya, atau perhatikan penumpang lain yang satu bus dengan kita, jangan sampai naik bus yang salah, karna bisa saja ada beberapa bus disana.
Setelah semua penumpang naik, bus melaju kembali, saat ini kita berada di zona netral, wilayah tak bertuan. Kita sudah keluar dari Thailand tapi belum masuk Malaysia, 5 menit berjalan akhirnya sampai di Imigrasi Malaysia di Bukit Kayu Hitam. Penumpang disuruh turun beserta seluruh barang bawaan, disini barang bawaan kita melewati pemeriksaan X-ray. Setelah cap passport dan keluar imigrasi, saya melihat petugas juga memeriksa bus yang kami tumpangi. Jika kita atau barang bawaan bermasalah di imigrasi, bus tidak akan menunggu lama, kita akan ditinggal. Setelah semua penumpang sudah naik, sekali lagi jangan sampai naik ke bus yang salah.
Bus kembali melaju, ada semacam perasaan nyaman setelah melewati proses imigrasi, artinya kita sudah berada di wilayah Malaysia. Sekitar 20 menit berjalan, masih di wilayah Bukit Kayu Hitam, bus berhenti di sebuah rumah makan, banyak penumpang yang turun, tapi kami memilih tetap di bus saja karna kami sudah makan, beberapa bekal makanan pun kami bawa. Kurang lebih 15 menit berada disini. Dari perbatasan Thailand - Malaysia, bus akan melewati beberapa kota, driver akan memberi tahu di setiap perhentian, jika akan turun di salah satu kota, sebaiknya pertajam saja pendengaran, jangan sampai tertidur pulas. Karna kami akan turun di perhentian terakhir bus yaitu TBS (Terminal Bersepadu Selatan) maka dapat tidur dengan lebih tenang.
Perjalanan dari Hatyai menuju Kuala Lumpur memakan waktu sekitar 10 jam. Pukul 5.00 pagi kami tiba di perhentian bus TBS. Masih dalam keadaan mengantuk dan terombang ambing, langkah gontai, 10 jam diatas bus bukan waktu yang sebentar. Naik ke lantai II terminal, kami menuju stasiun KTM Komuter, tujuan selanjutnya adalah KL Sentral, saat ingin membeli tiket di counternya, ternyata harganya sudah naik RM10 per orang, 2 bulan yang lalu masih RM3 per orang, dan sejak 1 Januari 2019 tiketnya juga tidak berbentuk token lagi, tapi sudah berbentuk kartu. Saya pun mengurungkan niat untuk membeli, entah karna tau harga sebelumnya cukup murah atau karna budget sudah minim, RM10 terasa sangat mahal. Kami memutuskan untuk istirahat dulu didepan mushola sambil berdiskusi untuk menggunakan alternatif lain, saya mencuci muka dan menyikat gigi disana, merasa sedikit fresh.
Kurang lebih setengah jam kami beristirahat, saya mengusulkan ke teman-teman untuk menggunakan KLIA Transit, beberapa bulan lalu harganya masih RM6, harap-harap sekarang tidak naik juga. Kami berjalan menuju counter Stasiun KLIA Transit, Alhamdulillah ternyata masih RM6 tujuan KL Sentral. Setelah mendapatkan tiket, kami menuju platform untuk menunggu Kereta. KLIA Transit ini adalah Kereta Express tujuan Bandara, tapi dia akan berhenti / transit di KL Sentral. Kereta ini melaju dengan kecepatan tinggi. Sekitar 20 menit kami tiba di KL Sentral. KL Sentral adalah pusat segala moda transportasi di Kuala Lumpur. Dari sini, kami akan menuju Stasiun Batu Cave menggunakan KTM Komuter, harganya RM4 per orang. Ikuti saja petunjuk di platform dan pastikan screen informasi bertulis Batu Cave, jangan sampai salah naik kereta.
Setelah cukup lama menunggu kereta tujuan Batu Cave, akhirnya datang juga. Kami naik ke kereta bersama penumpang lain yang tujuan sama ataupun se arah, penumpangnya di dominasi oleh warga keturunan India. Stasiun Batu Cave adalah stasiun paling ujung, sebelumnya ada beberapa stasiun yang akan dilewati. Kurang lebih satu jam kereta tiba di stasiun Batu Cave, keluar dari stasiun kita akan disambut oleh patung Hanoman Raksasa dan kuil Hindu. Kebetulan, pada saat kami kesini adalah hari terakhir perayaan Thaipusam, jadi ramai sekali disini. Dari pintu keluar Stasiun ini kami terus berjalan lurus, banyak pedagang makanan di kiri kanan jalan, akhirnya sampai di depan patung emas raksasa, Patung Dewa Murugan. Di sebelah kiri patung ada ratusan anak tangga menuju kuil, ada 172 anak tangga kabarnya. Karna sudah pernah kesini sebelumnya jadi saya tidak berlama-lama disini, saya dan Eka akan pergi ke Gua Damai untuk memanjat tebing. Sementara Pita tetap disini untuk berwisata.
Maafkan tampang saya yang awut-awutan |
Gua Damai Extreme Park
Setelah seharian kami disini, tentunya lebih banyak nongkrong daripada memanjat, sore nya kami menuju hostel di kawasan pasar seni yang sudah di booking oleh Pita sebelumnya. Kami kesini di antar oleh teman-teman pemanjat dari Kuala Lumpur dengan mobilnya. Ini malam terakhir kami berada di Kuala Lumpur. Besok pagi kami akan pulang ke Padang.
Pukul 6.00 pagi kami check out dari hostel dan memesan grab untuk ke KLIA2, penerbangan kami pukul 11.00. Sengaja lebih pagi karna kami tidak ingin terjebak macet. Perjalanan dari pasar seni ke bandara memakan waktu sekitar 1 jam. Hal berkesan saat kami sampai di bandara dan akan membayar grab seharga RM75. Kami sudah tidak punya uang ringgit lagi, saya coba tanya di money changer di bandara untuk menukar rupiah dan nilai tukar rupiahnya sangat rendah, akhirnya saya meminta driver grab untuk menerima uang rupiah, dia terlihat ragu awalnya, tapi saya meyakinkan bahwa uang ini dapat ditukar tetapi jangan di bandara, saya membayar 280K rupiah.
Tidur di bandara KLIA2 |
Itulah kisah perjalanan saya mengunjungi Thailand dan Malaysia kali ini, Terimakasih sudah membaca dan berkunjung ke blog saya, banyak lagi cerita perjalanan yang mungkin belum saya tuangkan di artikel, semoga cerita saya tidak membosankan. Saya mengharapkan komentar, kritik, saran kalian dan pertanyaan apapun mengenai perjalanan ini. Jika berkenan dengan cerita saya, silahkan baca juga artikel lainnya.
Akhir kata, Sampai Jumpa di Perjalanan Selanjutnya. !!
Keren...
BalasHapus